Posted by : Andreas-kun
Selasa, 27 Januari 2015
BEBERAPA bagian di Antartika sedemikian dinginnya, kata seorang
penulis, sampai-sampai ”kalau Anda menjatuhkan sebatang baja, benda itu akan
pecah seperti gelas, . . . dan jika Anda mengeluarkan seekor ikan
dari dalam lubang es, lima detik kemudian ikan itu akan membeku . . .
keras”. Karena kondisinya yang ekstrem, lingkungannya yang tanpa tumbuhan namun
luar biasa indah—adakalanya dilengkapi cahaya aurora australis yang
mempesona—berada di Antartika bagaikan berada di dunia lain.
Namun, Antartika adalah bagian dari dunia kita ini. Sebenarnya,
Antartika dianggap sebagai laboratorium alami raksasa untuk mempelajari bumi
dan atmosfernya, serta perubahan lingkungan hidup secara global, termasuk
perubahan yang berhubungan dengan kegiatan manusia. Bidang-bidang inilah yang
semakin diminati para ilmuwan. Mereka telah mengamati adanya fenomena baru yang
mencekam di Kawasan Kutub Selatan, dan ini menandakan adanya ketidakberesan.
Namun, marilah kita bahas dulu mengapa Antartika adalah benua yang unik.
Pertama, Antartika—benua paling terpencil di dunia—merupakan benua
yang penuh kontradiksi. Sangat cantik dan perawan, namun amat tidak bersahabat.
Inilah tempat yang paling berbadai dan paling dingin di bumi, sekaligus paling
rapuh dan paling sensitif. Curah hujannya paling rendah dibandingkan dengan
benua lain mana pun, namun esnya memuat 70 persen air tawar di planet ini.
Dengan ketebalan rata-rata sekitar 2.200 meter, es itu menjadikan Antartika
benua tertinggi di dunia, dengan ketinggian rata-rata 2.300 meter di atas
permukaan laut. Benua ini juga adalah benua kelima terbesar di dunia, namun
Antartika tidak mempunyai penduduk tetap yang lebih besar daripada lamuk,
sejenis lalat, yang hanya berukuran satu sentimeter.
Bagaikan Mengunjungi Mars!
Seraya Anda menjelajahi Antartika ke bagian-bagian dalamnya,
semakin sedikit tanda-tanda kehidupan yang dapat ditemukan, khususnya sewaktu
Anda sampai di daerah yang disebut lembah kering. Dengan luas 3.000 kilometer
persegi, kebanyakan gurun-gurun kutub ini berada tinggi di Pegunungan Trans-antartika—rangkaian
pegunungan yang terbentang di benua itu dengan ketinggian mencapai lebih dari
4.300 meter di beberapa bagiannya. Angin yang membekukan bertiup kencang di
lembah kering tersebut dan dengan cepat menyapu salju yang jatuh. Para ilmuwan yakin
bahwa lembah-lembah ini merupakan daerah di bumi yang paling mirip dengan
permukaan Mars. Oleh karena itu, lembah-lembah ini pernah dinyatakan sebagai
lokasi yang cocok untuk menguji perlengkapan antariksa sebelum meluncurkan misi
Viking ke Mars.
Namun, di lembah kering ini pun masih terdapat kehidupan! Di dalam
batu-batu yang berpori-pori, dalam kantong-kantong kecil udara, hiduplah
berbagai jenis bakteri, alga, dan fungi yang sangat tangguh. Mereka sanggup
hidup di tempat yang sedemikian keringnya. Di luar mereka terdapat suatu dunia
aneh berupa formasi bebatuan gundul yang disebut ventifact, yang
bentuknya aneh dan sangat berkilauan dihasilkan oleh embusan angin Antartika
yang tak henti-hentinya selama berabad-abad.
Dinamai Sebelum Ditemukan
Spekulasi mengenai benua selatan yang luas ini bermula dari para
filsuf Yunani kuno. Misalnya, Aristoteles mendalilkan bahwa harus ada sebuah
benua di sebelah selatan untuk mengimbangi daratan-daratan yang diketahui
berada di Belahan Bumi Utara. Buku Antarctica—Great Stories From
the Frozen Continent mengatakan bahwa ”karena belahan bumi
utara terletak di bawah konstelasi Arktos atau Beruang, maka Aristoteles
(384-322 SM) bernalar bahwa daratan tak dikenal di sebelah selatan ini
pastilah Antarktikos—atau, lawannya”—atau antipode. Jadi, keistimewaan
Antartika adalah bahwa ia telah dinamai sekitar 2.000 tahun sebelum ia
ditemukan!
Pada tahun 1772, penjelajah Inggris Kapten James Cook berlayar ke
arah selatan untuk mencari benua selatan yang telah didalilkan ini. Ia memasuki
suatu dunia yang terdiri dari pulau-pulau berangin dan gunung-gunung es
raksasa, atau yang ia sebut ”pulau-pulau es”. ”Beberapa dari antaranya”, tulis
Cook, ”memiliki radius sekitar tiga kilometer dan ketinggian 20 meter, namun
laut menerpa mereka, dengan ombak yang sangat kuat dan besar.” Dengan pantang
mundur, Cook terus berlayar ke selatan, dan pada tanggal 17 Januari 1773,
kapalnya, Resolution, dan rekannya, Adventure, menjadi
kapal-kapal pertama yang diakui melintasi Lingkaran Antartika. Cook mempercepat
pelayarannya menerobos bongkahan-bongkahan es hingga akhirnya tidak bisa maju
lagi. ”Tidak ada apa-apa yang bisa dilihat di bagian selatan kecuali es”, tulis
Cook dalam catatan hariannya. Sebenarnya, sewaktu berbalik pulang, ia sudah berada
sekitar 120 kilometer lagi dari daratan Antartika.
Jadi, siapa yang pertama kali melihat Antartika? Ya, siapa yang
pertama kali menginjakkan kakinya di sana? Hingga hari ini, hal itu tidak dapat
dipastikan. Mungkin saja para pemburu paus dan anjing laut, karena sewaktu Cook
pulang, laporannya tentang sejumlah besar anjing laut, pinguin, dan paus
menyebabkan para pemburu menyerbu kawasan ini.
Es yang Bersimbah Darah
Cook ”secara kebetulan menemukan apa yang mungkin merupakan
kumpulan terbesar margasatwa dunia, dan ia adalah orang pertama yang memberi
tahu dunia tentang keberadaan kumpulan ini,” tulis Alan Moorehead dalam
bukunya, The Fatal Impact. ”Bagi satwa Antartika,” kata
Moorehead, ”[akibatnya] adalah holocaust (pembantaian massal).” Buku Antarctica—Great
Stories From the Frozen Continent
menyatakan, ”Menjelang akhir abad kedelapan belas, perburuan anjing laut di
belahan bumi selatan sangat mirip dengan perburuan emas. Permintaan akan kulit
anjing laut yang tak habis-habisnya oleh Cina dan Eropa segera menghabiskan
semua daerah perburuan yang dikenal [sebelumnya] sehingga para pemburu terpaksa
mencari daratan baru yang masih banyak anjing lautnya.”
Setelah para pemburu anjing laut nyaris menghancurkan mata
pencahariannya sendiri, para pemburu paus pun mulai menjarah lautan. ”Tak
seorang pun yang akan pernah tahu seberapa banyak paus dan anjing laut yang
dibantai di lautan sebelah selatan,” tulis Moorehead. ”Apakah jumlahnya sepuluh
juta atau lima puluh juta? Tidak ada lagi gunanya menghitung; pembantaian terus
berlangsung hingga hampir tak ada lagi yang bisa dibantai.”
Akan tetapi, dewasa ini, hukum internasional melindungi semua flora
dan fauna di Antartika. Selain itu, tidak adanya binatang pemangsa di darat
ditambah dengan persediaan makanan laut yang berlimpah menjadikan pantai
Antartika pelabuhan musim panas yang aman bagi margasatwa. Namun, Antartika
menunjukkan gejala-gejala akan adanya serangan yang lebih membahayakan,
serangan yang mungkin tidak terjangkau oleh persetujuan internasional.
BERTOLAK BELAKANG
Meskipun ada kemiripan, Kutub Utara dan Kutub Selatan
sangat bertolak belakang baik dalam hal lokasi maupun dalam hal-hal lain.
Perhatikan fakta berikut ini.
Wilayah sekitar Kutub Utara semuanya es dan laut,
sedangkan Kutub Selatan berada di dekat bagian tengah benua kelima terbesar di
bumi.
Kutub Utara dikelilingi benua Amerika, Asia, dan Eropa
yang berpenduduk, sedangkan Antartika dikelilingi samudra raya, dan merupakan
daerah paling berbadai di planet ini.
Puluhan ribu keluarga tinggal di Lingkaran Arktik, yang
juga menjadi rumah bagi ribuan flora dan fauna. Akan tetapi, tidak ada manusia
yang menjadi penduduk asli Antartika. Penduduk aslinya hanyalah alga, bakteri,
lumut, lumut kerak, dua spesies tanaman bunga, dan segelintir spesies serangga.
”Antartika dijuluki benua yang berdenyut,” kata Encyclopædia
Britannica, ”karena setiap tahunnya terjadi penumpukan dan penyusutan
garis pantai terluar yang tertutup es.” Pada puncaknya, bongkahan es dapat
membentuk lepas pantai sejauh 1.600 kilometer. Perluasan dan penyusutan ini
enam kali lipat yang terjadi pada bongkahan es di Arktik, sehingga Antartika
jauh lebih berpengaruh terhadap cuaca global.